AUTENTIKASI PENGGUNA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK
(WLAN) BERBASIS RADIUS SERVER
(Studi Kasus WLAN PT. Telkom Indonesia Cabang Boyolali)
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Diploma 3 Program Studi Teknik Komputer
Oleh :
ELYAS TRI RAHARJO
090204024
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STMIK DUTA BANGSA SURAKARTA
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal ini diajukan oleh :
Nama : Elyas Tri Raharjo
NIM : 090204024
Program Studi : D3_Teknik Komputer
Judul : AUTENTIKASI PENGGUNA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) BERBASIS RADIUS SERVER (Studi Kasus WLAN PT. Telkom Indonesia Cabang Boyolali)
Telah disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk Seminar Proposal Tugas Akhir pada Program D3_Teknik Komputer.
Tanggal :
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Eko Purwanto Sri Sumarlinda
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal ini diajukan oleh :
Nama : Elyas Tri Raharjo
NIM : 090204024
Program Studi : D3_Teknik Komputer
Judul : AUTENTIKASI PENGGUNA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) BERBASIS RADIUS SERVER (Studi Kasus WLAN PT. Telkom Indonesia Cabang Boyolali)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dalam Seminar Proposal Tugas Akhir pada Program Studi D3_Teknik Komputer.
Mengesahkan,
Penguji I Penguji II
……………………… ……………………..
Ditetapkan di :
Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3_Teknik Komputer
Drs. Singgih Purnomo, MM
1. Judul Tugas Akhir
AUTENTIKASI PENGGUNA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) BERBASIS RADIUS SERVER (Studi Kasus WLAN PT. Telkom Indonesia Cabang Boyolali)
2. Latar Belakang
Salah satu perubahan utama di bidang telekomunikasi adalah penggunaan teknologi wireless. Teknologi wireless juga diterapkan pada jaringan komputer, yang lebih dikenal dengan wireless LAN (WLAN). Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan wireless LAN menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengguna komputer menggunakan teknologi ini untuk mengakses suatu jaringan komputer atau internet. Beberapa tahun terakhir ini pengguna wireless LAN mengalami peningkatan yang pesat. Peningkatan pengguna ini juga dibarengi dengan peningkatan jumlah Hotspot di tempat-tempat umum, seperti kafe, mal, bandara, di perkantoran bahkan juga di kampus dan di sekolah-sekolah, khususnya di Area PT. Telkom Cabang Boyolali.
Dengan Hotspot kita bisa menikmati akses internet dimanapun kita berada selama di area Hotspot tanpa harus menggunakan kabel. Di lingkungan Kancatel Boyolali sendiri dengan adanya layanan Hotspot inilah yang nanti diharapkan akan mempercepat akses informasi bagi para user, khususnya di dunia pendidikan yang mana diketahui sebagai barometer kemajuan teknologi informasi.
Kancatel Boyolali saat ini memiliki kapasitas bandwidth internet 1Mbps dan akses ke jalur inherent hingga 2 Mbps. Akses internet dan inherent tersebut dimanfaatkan untuk menunjang sistem berkomunikasi dan sharing data dan lain sebagainya. Untuk mempercepat akses informasi saat ini juga sudah menyediakan layanan Hotspot yaitu sebuah area dimana pada area tersebut tersedia koneksi internet Wireless yang dapat diakses melalui Notebook, PDA maupun perangkat lainnya yang mendukung teknologi tersebut. Hotspot tersebut disediakan bagi para user umum untuk mengakses internet. Hotspot di Kancatel Boyolali terdapat beberapa titik area jangkauan yaitu di Kantor Utama /inherent serta di seluruh lingkungan Kancatel Boyolali. Jaringan Wireless LAN (Hotspot) di Kancatel Boyolali saat ini menggunakan WEP (Wired Equivalent Privacy) sebagai wireless security-nya dimana WEP ini menggunakan satu kunci enkripsi yang digunakan bersama-sama oleh para pengguna wireless LAN. Penggunaan kunci WEP ini menyulitkan jika pengguna (user) harus berpindah dari satu Hotspot ke Hotspot lain, user tersebut harus merubah kunci WEP sesuai dengan titik Hotspot yang digunakan. Dan karena lubang keamanan yang dimiliki WEP cukup banyak sehingga mudah dibobol oleh pihak ketiga yang tidak berhak, maka penggunaannya tidak disarankan. Sistem keamanan lainnya adalah WPA (Wi-Fi Protected Access), yang menggeser WEP dan menghasilkan keamanan yang lebih baik dari WEP. WPA bersifat meminta network key kepada setiap wireless client yang ingin melakukan koneksi ke jaringan. Mengingat jumlah para user umum yang menggunakan komputer jinjing (notebook) maupun perangkat wireless lain semakin bertambah membuat penulis merasa bahwa sistem Hotspot seperti ini kurang optimal dalam pelayanan, dikarenakan setiap para pengguna yang ingin mengakses jaringan diharuskan membawa perangkat wireless-nya untuk meminta network key kepada administrator (tidak praktis). Serta tidak adanya sistem informasi bandwidth dan user management dan monitoring membuat administrator tidak dapat memantau serta mengontrol user maupun bandwidth di dalam jaringan Wireless LAN (Hotspot) di Kancatel Boyolali.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat autentifikasi server pada jaringan Wireless LAN (Hotspot) menggunakan Sistem operasi Linux, FreeRADIUS, ChilliSpot, Dialupadmin, untuk autentifikasi dan identifikasi pengguna Hotspot di Kancatel Boyolali. Sehingga dari pengguna (user) memiliki kemudahan (praktis) dalam hal melakukan hubungan (konektivitas) ke jaringan Wireless LAN dan dari sisi administrator mempunyai media dalam memantau dan mengontrol user yang terhubung ke jaringan serta dapat membatasi penggunaan bandwidth.
3. Perumusan Masalah
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, kami mencoba memaparkan beberapa permasalahan yang kemudian diusahakan solusi pemecahannya. Beberapa masalah tersebut antara lain :
- Memanfaatkan Operating System PC Router Pfsense sebagai server alternatif.
- Bagaimana mengkonfigurasi DHCP server di mesin router pfsense agar user secara otomatis menerima IP dari router secara otomatis.
- Bagaimana mengkonfigurasi Captive Portal di mesin router pfsense sebagai autentikasi bagi pengguna hotspot.
- Bagaimana mengkonfigurasi server Free_radius di mesin router pfsense
4. Batasan Masalah
Agar permasalahan terfokus pada suatu permasalahan di atas, maka perlu adanya batasan masalah, yaitu tugas akhir ini hanya membahas Captive Portal, DHCP server, dan RADIUS server
5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah
- Mendesain dan mengimplementasikan autentikasi jaringan hotspot di Telkom Cabang Boyolali menggunakan sistem operasi pfsense, sehingga diharapkan jaringan hotspot dapat bekerja lebih optimal.
- Dengan adanya autentikasi diharapkan user mengetahui bahwa itu adalah area hotspot Telkom Cabang Boyolali dan user dapat dimonitoring dalam penggunaannya.
6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah:
a. Hanya user yang memiliki account terdaftar saja yang bisa menggunakan fasilitas hotspot.
b. Mempermudah dalam memanagement dan memonitoring user dalam jaringan wireless LAN.
c. Berbasis open source sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada software berbayar karena tidak perlu membeli lisensi.
d. Manfaat umum yaitu dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian berikutnya
7. Tinjauan Pustaka
Peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan topik pada sistem, dan dijadikan sebagai bahan masukan untuk ketepatan langkah pelaksanaan sistem dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Joko Apriyanto dalam Karya Tulis yang berjudul “Desain dan Implementasi Autentikasi Jaringan Hotspot Menggunakan Pfsense dan Radius Server” menjelaskan proses autentikasi, authorization dan accouting dalam penerapan jaringan hotspot.
b. Menurut opensource.org definisi open source adalah: pendistribusian ulang source code secara cuma-cuma, source code dari software tersebut harus disertakan atau diletakkan di tempat yang dapat diakses dengan biaya yang rasional, source kode asli dapat dimodifikasi, source code tidak diperbolehkan diciptakan untuk diskriminasi terhadap orang secara individu atau kelompok.
c. Ono W. Purbo dalam Buku Pegangan Internet Wireless dan Hotspot. Membahas definisi WiFi, peralatan dan konfigurasi yang diperlukan dalam membangun jaringan WiFi, Hotspot dan sistem autentikasi. WiFi (Wireless Fidelity) pada dasarnya adalah istilah generik untuk peralatan Wireless LAN, atau dikenal sebagai WAN (Wireless Area Network). Sedangkan Hotspot adalah sebuah wilayah terbatas yang dilayani Access Point Wireless LAN standar 802.11a/b/g. Di mana pengguna (user) dapat masuk ke dalam Access Point secara bebas dan mobile menggunakan perangkat sejenis Notebook, Laptop, PDA, dan sejenisnya.
d. Lisal Faisal dalam bukunya yang membahas tentang Operation System PC Router. Mengatakan bahwa rata-rata Operation System (OS) PC router dibuat dan dikembangkan di atas OS Linux yang biasa disebut Linux Based Router, yang hal ini terus dikembangkan dan diperhatikan oleh komunitas linux melalui forum-forumnya untuk terus diperbaiki secara gotong rotong dan juga manual cara penggunaannya juga ditulis oleh komunitasnya. Operating System tersebut salah satunya adalah Pfsense (www.pfsense.com) yang sistem operasinya berbasiskan OS linux Free BSD/OpenBSD 6.1 yang pengembangannya berasal dari Platform Linux Based Router MonoWall (http://m0n0wall.ch).
e. Menurut Agung S. (2008) dalam Karya tulisnya menjelaskan : Sistem keamanan yang paling umum diterapkan pada wireless LAN adalah dengan metode enkripsi, yaitu WEP (Wired Equivalent Privacy). WEP ini menggunakan satu kunci enkripsi yang digunakan bersama-sama oleh para pengguna wireless LAN. Hal ini menyebabkan WEP tidak dapat diterapkan pada hotspot yang dipasang di tempat-tempat umum. Dan karena lubang keamanan yang dimiliki WEP cukup banyak, sehingga mudah dibobol oleh pihak ketiga yang tidak berhak, maka penggunaannya tidak disarankan lagi.
f. Reza Fuad dalam Karya tulisnya menjelaskan juga tentang Sistem keamanan lainnya adalah WPA (Wi-Fi Protected Access), yang menggeser WEP dan menghasilkan keamanan yang lebih baik dari WEP. Implementasi WPA menggunakan 802.1x dan EAP (Extensible Authentication Protocol) menghasilkan proses autentikasi pengguna yang relatif lebih aman. Pada proses ini pengguna harus melakukan autentikasi ke sebuah server autentikasi, misalnya RADIUS, sebelum terhubung ke wireless LAN atau internet. Pada umumnya proses autentikasi ini menggunakan nama-pengguna dan password.
8. Landasan Teori
A. RADIUS (Remote Access Dial-in User Service)
1) Pengertian RADIUS
Merupakan kepanjangan dari Remote Access Dial-in User Service, yakni suatu mekanisme akses kontrol yang mengecek dan mengautentifikasi (authentication) user atau pengguna berdasarkan pada mekanisme authentikasi yang sudah banyak digunakan sebelumnya, yaitu menggunakan metode challenge /response.
RADIUS dikembangkan di pertengahan tahun 1990 oleh Livingstone Enterprise (sekarang Lucent Technologies). Pada awalnya perkembangan RADIUS menggunakan port 1645 yang ternyata bentrok dengan layanan datametrics. Sekarang port yang dipakai RADIUS adalah port 1812 yang format standarnya ditetapakan pada Request for Command (RFC) 2138 (C. Rigney, 1997).
Protokol RADIUS merupakan protokol connectionless berbasis UDP yang tidak menggunakan koneksi langsung. Satu paket RADIUS ditandai dengan field UDP yang menggunakan port 1812. Beberapa pertimbangan RADIUS menggunakan lapisan transport UDP (T.Y. Arif dkk., 2007) yaitu :
a. Jika permintaan autentikasi pertama gagal, maka permintaan kedua harus dipertimbangkan,
b. Bersifat stateless yang menyederhanakan protocol pada penggunaan UDP,
c. UDP menyederhanakan implementasi dari sisi server.
2) Format Paket Data RADIUS
Format paket RADIUS terdiri dari Code, Identifier, Length, Authenticator dan Attributes seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Format paket data RADIUS (J. Hassel, 2002)
Keterangan:
a. Code : Code memiliki panjang 1 byte (8 bit), digunakan untuk membedakan tipe pesan RADIUS yang dikirim. Tipe pesan RADIUS dapat berupa access request, access accept, access reject dan access challenge.
b. Identifier : Memilik panjang 1 byte yang digunakan untuk menyesuaikan antara paket permintaan dan respon dari server RADIUS.
c. Length : Memiliki panjang 2 byte, memberikan informasi mengenai panjang paket. Jika paket kurang atau lebih dari yang diidentifikasikan pada length maka paket akan dibuang.4. Authenticator: Memiliki panjang 16 byte yang digunakan untuk mengautentikasi tanggapan dari server RADIUS.
d. Attributes : Memiliki panjang yang tidak tetap, berisi autentikasi, autorisasi dan informasi. Contoh atribut RADIUS yaitu, username dan password.
3) Prinsip Kerja RADIUS
RADIUS merupakan protocol security yang bekerja menggunakan sistem client-server terdistribusi yang banyak digunakan bersama AAA untuk mengamankan jaringan pengguna yang tidak berhak. RADIUS melakukan autentikasi user melalui serangkain komunikasi antara client dan server. Bila user berhasil melakukan autentikasi, maka user tersebut dapat menggunakan layanan yang disediakan oleh jaringan (T. Y. Arif dkk., 2007 & Darmariyadi A., 2003).
Gambar 2.3. Autentikasi antara NAS dengan Server RADIUS
Keterangan:
a. User melakukan dial-in menggunakan modem pada Network Access Server (NAS). NAS akan meminta user memasukan username dan password jika koneksi modem berhasil dibangun.
b. NAS akan membangun paket data berupa informasi, yang dinamakan access-request. Informasi ini diberikan NAS pada server RADIUS berisi informasi spesifik dari NAS itu sendiri yang meminta access-request, port yang digunakan untuk koneksi modem serta username dan password. Untuk proteksi dari hackers, NAS yang bertindak sebagai RADIUS client, melakukan enkripsi password sebelum dikirimkan pada RADIUS server. Access-request ini dikirimkan pada jaringan dari RADIUS client ke RADIUS server. Jika RADIUS server tidak dapat dijangkau, RADIUS client dapat melakukan pemindahan rute pada server alternatif pada konfigurasi NAS.
c. Ketika access-request diterima, server autentikasi akan memvalidasi permintaan tersebut dan melakukan dekripsi paket data untuk memperoleh informasi nama dan password. Jika nama dan password sesuai dengan basis data pada server, server akan mengirimkan access-accept yang berisi informasi kebutuhan sistem network yang harus disediakan oleh user, misal RADIUS server akan menyampaikan pada NAS bahwa user memerlukan TCP /IP dan /atau Netware menggunakan PPP (Point-to-Point Protocol) atau user memerlukan SLIP (Serial Line Internet Protocol) untuk dapat terhubung pada jaringan. Selain itu access-accept ini dapat berisi informasi untuk membatasi akses user pada jaringan. Jika proses login tidak menemui kesesuaian, maka RADIUS server akan mengirimkan access-reject pada NAS dan user tidak dapat mengakses jaringan.
d. Untuk menjamin permintaan user benar-benar diberikan pada pihak yang benar, RADIUS server mengirimkan authentication key atau signature, yang menandakan keberadaannya pada RADIUS client.
4) Kelebihan dan Kelemahan RADIUS
Beberapa kelebihan yang diberikan oleh protokol RADIUS (T.Y.Arif, dkk., 2007) yaitu :
a. Menjalankan sistem administrasi terpusat,
b. Protokol connectionless berbasis UDP yang tidak menggunakan koneksi langsung,
c. Mendukung autentikasi Password Authentication Protocol (PAP) dan Challenge Handshake Authentication Protocol (CHAP) Password melalui PPP.
Pada protokol RADIUS juga masih ditemukan beberapa kelemahan (T. Y. Arif, 2007 & J. Hassel, 2002) seperti :
a. Tidak adanya autentikasi dan verifikasi terhadap access request,
b. Tidak sesuai digunakan pada jaringan dengan skala yang besar,
c. MD5 dan shared secret; metode shared secret sudah berisiko untuk diterapkan, hal ini dikarenakan lemahnya MD5 hash yang menyimpan tanggapan autentikator sehingga Hacker / penyusup dapat dengan mudah mengetahui paket access-request beserta tanggapannya dengan cara melakukan penghitungan awal terhadap perhitungan MD5,
d. Pemecahan password : skema proteksi password yang dipakai adalah stream-chiper, dimana MD5 digunakan sebagai sebuah ad hoc pseudorandom number generator (PRNG). 16 oktet pertama bertindak sebagai sebuah synchronous stream chiper dan yang menjadi masalah adalah keamanan dari cipher ini
B. Protokol AAA
Protokol AAA (Authentication, Authorization, Accounting) mengatur mekanisme bagaimana tata cara berkomunikasi, baik antara client ke domain-domain jaringan maupun antar client dengan domain berbeda dengan tetap menjaga keamanan pertukaran data (Warsito, 2004). AAA Framework, merupakan arsitektur kerja atau framework, digunakan sebagai background yang diperlukan untuk mengenali cara kerja RADIUS secara keseluruhan. Model AAA mempunyai fungsi yang berfokus pada tiga aspek dalam mengontrol akses sebuah user (J.Hassel, 2002), yaitu :
1) Autentikasi (Authentication) : yaitu proses pengesahan identitas pengguna (end user) untuk mengakses jaringan. Proses ini diawali dengan pengiriman kode unik misalnya, username, password, pin, sidik jari oleh pengguna kepada server. Di sisi server, sistem akan menerima kode unik tersebut, selanjutnya membandingkan dengan kode unik yang disimpan dalam database server. Jika hasilnya sama, maka server akan mengirimkan hak akses kepada pengguna. Namun jika hasilnya tidak sama, maka server akan mengirimkan pesan kegagalan dan menolak hak akses pengguna.
2) Autorisasi (Authorization) : merupakan proses pengecekan wewenang pengguna, mana saja hak-hak akses yang diperbolehkan dan mana yang tidak.
3) Pencatatan (Accounting) : merupakan proses pengumpulan data informasi seputar berapa lama user melakukan koneksi dan billing time yang telah dilalui selama pemakaian. Proses dari pertama kali seorang user mengakses sebuah sistem, apa saja yang dilakukan user di sistem tersebut dan sampai pada proses terputusnya hubungan komunikasi antara user tersebut dengan sistem, dicatat dan didokumentasikan di sebuah database MySQL server.
Gambar 2.4. Arsitektur jaringan AAA
Pada Gambar 2.4 menunjukkan mekanisme jaringan AAA (H. Ventura, 2002):
1) User melakukan koneksi keperalatan NAS point to point sebagai langkah awal koneksi ke jaringan,
2) Network Access Server (NAS) sebagai client AAA kemudian melakukan pengumpulan informasi pengguna dan melanjutkan data pengguna ke server,
3) Server AAA menerima dan memproses data pengguna, kemudian memberikan balasan ke NAS berupa pesan penerima atau penolakan pendaftaran dari pengguna,
4) NAS sebagai client AAA kemudian menyampaikan pesan server AAA tersebut kepada pengguna, bahwa pendaftaran ditolak atau diterima beserta layanan yang diperkenankan untuk akses.
C. Wireless LAN
1) Pengertian WiFi LAN
Wireless LAN merupakan jaringan komputer tanpa kabel yang menghubungkan terminal komputer dengan jaringan lewat sinyal radio atau gelombang cahaya. Dengan begitu computer dapat berpindah dengan bebas dan tetap dapat berkomunikasi dalam jaringan dengan kecepatan transmisi yang memadai. Wireless LAN distandarisasi oleh IEEE dengan kode 802.II b yang bertujuan untuk menyamakan semua teknologi nirkabel yang digunakan dibidang computer dan untuk menjamin interoperabilitas antara semua product –product yang menggunakan standar ini.
LAN (Local Area Network) yang biasa kita kenal merupakan suatu jaringan yang menghubungkan (interkoneksi) suatu komunitas Data Terminal Equipment (DTE) yang ditempatkan dalam suatu lokasi (gedung atau grup). Umumnya menggunakan media transmisi berupa kabel baik kabel twisted pair maupun coaxial, biasa juga disebut dengan wired LAN atau Local Area Network. Teknologi Wireless LAN ada yang menggunakan frekuensi radio untuk mengirim dan menerima data yang tentunya mengurangi kebutuhan atau ketergantungan hubungan melalui kabel. Akibatnya pengguna mempunyai mobilitas atau fleksibilitas yang tinggi dan tidak tergantung pada suatu tempat atau lokasi. Teknologi Wireless LAN juga memungkinkan untuk membentuk jaringan komputer yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh jaringan komputer yang menggunakan kabel.
Diagram skematik dari dua aplikasi pada wireless LAN dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini :
Keterangan :
a. Infrastructure wireless LAN
Pada aplikasi ini, untuk mengakses suatu server adalah dengan menghubungkannya ke suatu wired LAN , di mana suatu intermediate device yang dikenal sebagai Portable Access unit (PAU) digunakan. Typical-nya daerah cakupan PAU berkisar antara 50 hingga 100 m.
b. Ad hoc wireless LAN
Pada Ad hoc wireless LAN suatu kumpulan komputer portabel berkomunikasi satu dengan yang lainnya untuk membentuk self-contained LAN
2) Fungsi utama dari Wireless LAN adalah untuk menjangkau wilayah LAN yang sulit dicapai dengan kabel tembaga biasa (copper wire), juga untuk menjangkau pengguna bergerak (mobile-users).
3) Komponen WiFi LAN
Ada empat komponen utama dalam membangun jaringan WLAN ini :
a. Access Point, merupakan perangkat yang menjadi sentral koneksi dari klien ke ISP, atau dari kantor cabang ke kantor pusat jika jaringannya adalah milik sebuah perusahaan. Access-Point berfungsi mengkonversikan sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel, atau disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversikan ulang menjadi sinyal frekuensi radio.
b. Wireless LAN Interface, merupakan device yang dipasang di Access-Point atau di Mobile /Desktop PC, device yang dikembangkan secara massal adalah dalam bentuk PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) card.
c. Wired LAN, merupakan jaringan kabel yang sudah ada, jika Wired LAN tidak ada maka hanya sesama WLAN saling terkoneksi.
d. Mobile /Desktop PC, merupakan perangkat akses untuk klien, mobile PC pada umumnya sudah terpasang port PCMCIA sedangkan desktop PC harus ditambahkan PC Card PCMCIA dalam bentuk ISA (Industry Standard Architecture) atau PCI (Peripheral Component Interconnect) card.
4) Media WiFi LAN
Ada dua jenis media yang biasa digunakan untuk wireless LAN, yaitu :
a. Media Radio
Gelombang radio telah secara meluas banyak dipakai untuk berbagai aplikasi (seperti TV, telepon selular, dls). Keunggulannya adalah karena gelombang radio dapat merambat menembus objek seperti dinding dan pintu.
· Path loss
Semua receiver radio didesain untuk beroperasi pada SNR (perbandingan antara daya signal dengan daya noise) yang telah ditentukan. Biaya yang harus dikeluarkan dalam mengembangkan wireless LAN ini lebih banyak pada interface radio yang sanggup menjamin SNR yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi SNR adalah noise receiver yang merupakan fungsi dari temperatur ambient dan bandwidth dari sinyal yang diterima. Daya sinyal juga merupakan fungsi dari jarak antara pemancar dan penerima. Kesemua faktor ini membentuk suatu path loss channel radio untuk sistem wireless LAN.
· Interferensi Channel yang berdekatan
Karena menggunakan prinsip pemancaran gelombang radio, maka untuk transmiter yang memiliki frekuensi yang sama dan berada di satu gedung atau ruang yang berdekatan dapat mengalami interferensi satu dengan yang lainnya. Untuk sistem Ad hoc, channel yang berdekatan dapat disetup dengan frekuensi yang berbeda sebagai isolator, sementara untuk sistem infrastructure dapat diterapkan three cell repeater yang masing-masing sel yang berdekatan (3 sel) memiliki frekuensi berbeda dengan pola pengulangan.
· Multipath
Sinyal radio, seperti halnya sinyal optic dipengaruhi oleh multipath; yaitu peristiwa di mana suatu ketika receiver menerima multiple signal yang berasal dari transmitter yang sama, yang masing-masing sinyalnya diikuti oleh path yang berbeda di antara receiver dan transmitter. Hal ini dikenal dengan multipath dispersion yang dapat menimbulkan intersymbol interference (ISI).
b. Media Inframerah
· Inframerah memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi dari pada gelombang radio, yaitu di atas 1014 Hz. Inframerah yang digunakan umumnya dinyatakan dalam panjang gelombang (biasanya dalam nanometer) bukan dalam frekuensi. Inframerah yang biasa digunakan adalah yang memiliki panjang gelombang 800 nm dan 1300nm. Keuntungan menggunakan inframerah dibandingkan dengan gelombang radio adalah tidak diperlukan regulasi yang sulit dalam penggunaannya. Untuk mereduksi efek noise pada sinyal infra_merah, digunakan bandpass filter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apabila dalam posting kurang jelas ato gmn gtu. Anda bisa mengirimkan kritik saran dalam kolom komentar. Cantumkan ID anda